Stories About Us_CerPen_Hujanpun Mulai Reda


HeyHeyHey . . . Ini Postingan terbaru dan Cerpen Terbaru ... Admin nggak mau banyak cuap-cuap. silahkan baca Cerpen nya. Semoga Kalian Suka :)
 
Hujanpun Mulai Reda 

Enam bulan sudahlah Dinda lalui sekolah di sini . . . Rasa Senang ataupun sedih telah dia lalui. saat-saat dia benci terhadap seseorang, saat-saat dia merasa iri pada orang dan saat-saat dia merasa tak puas akan sesuatu. Selain itu diapun telah merasakan bagaimana rasanya dibenci oleh semua orang, di cuekin oleh teman, ataupun saat-saat dia hentakkan kemarahannya pada seseorang. Semua itu telah berlalu . . . masih teringatkah dengan tugas-tugas yang dia kerjakan susah payah. Ketika tugas yang menumpuk harus dikerjakan dalam satu malam. Itu menjadi sebuah pelajaran baginya di hidup yang akan datang. Terlintas dari semua itu suatu hal yang akan menjadi kenangan bagi Dinda dan teman-temannya yaitu ketika mereka pertama jumpa sampai ketika mereka nangis disaat teringat Ibu, disaat mereka seneng-seneng dalam mengerjakan suatu pekerjaan kelas organisasi, ketika mereka makan dikantin, jajan bersama, dan ketika mereka melaksanakan suatu moment yaitu Bazar. Semua itu pasti akan selalu ada dalam benak mereka.
        Hari ini tepat tanggal 23 Desember 2011, Dinda pergi ke Sekolah dengan tenangnya, karena memang hari ini di Sekolahpun takkan belajar sebab besok pun akan diadakan pembagian Laporan Hasil Belajar. Setibanya di Sekolah suasana seperti biasa namun, hari ini tak tampak sosok-sosok yang meramaikan. Hanya beberapa orang yang meramaikan sebuah tempat kecil bagian dari sebuah gedung megah yang terletak di ujung itu. Hari itu kami sibuk dengan urusan kami masing-masing disana. Ada yang sibuk mencari tahu tentang nilai, ada yang sibuk merancang dan memposting suatu hal pada blog, ada pula yang sibuk membaca novel. Sementara Dinda sendiri hanya duduk melihat teman-temannya itu. Walaupun terkadang Dinda pun ikut dalam aktivitas yang mereka kerjakan.
        Mungkin bisa dibilang suasana disana terasa hening, tanpa adanya suara . . . Tiba-tiba, “Hey bagaimana kabarnya Rendy?” suara Geny memecahkan keheningan itu. Semua orang pun menoleh padanya. Sedangkan Dinda hanya mendengarkan sambil bermain dengan HP nya itu mencari info tentang sebuah group yang dikaguminya (siapa yach???? hhaha). “Hmmmm . . . Mungkin Dia masih sakit yach? Sepertinya kelas kurang rame kalo nggak ada dia hahahahaha” tambah Geny. “Yach ku dengar dia masih sakit” jawab seorang teman Dinda yang bernama Mey yang sedang sibuk dengan komputer Sekolah di pojok bersebelahan dengan tempatnya duduk Sang Guru mengajar. “Betul juga, aku setuju denganmu karena kalo gak ada Rendy nggak ada hal-hal konyol tapi lucu yang dilakukan oleh anak-anak ahhahahaa . . Iya nggak mel?” Tambah dan Tanya Mey pada Mela yang sedang sibuk dengan postingan blognya dengan Mitha. “Hah? Gue? Oh, Iyach” jawab Mela singkat. “ kita itu jawabnya Iyach aja yach Mel . . hhaa” Mitha menambahkan.
        “Kasihan Rendy, Dia sakit dari mulai waktu Ujian dilaksanakan dan sampai sekarang dia belum sekolah” tiba-tiba Gita ikut dalam pembicaraan. Dinda hanya terdiam mendengarkan percakapan teman-temannya itu namun dalam pikirannya Dinda pun berkata “ Yach kasihan Rendy, Nggak nyangka guys temen kita itu sampai sekarang dan mau di bagi laporan hasil belajar masih belum sekolah… yach kita sebagai temen cuma bisa berharap dia cepet sembuh dan sehat kembali serta cepet Sekolah di waktunya sekolah, itu Do’a dari kita semua buat dia”.
        Hari ini Dinda berangkat dengan perasaan tenang namun, Megi mengingatkan kepada kami tentang tugas. Dinda belum menyelesaikan tugas itu dan membuat hati Dinda sedikit resah. Setibanya di rumah, Dinda terus memikirkan semua hal itu. Perasaan gelisahlah yang terus menyelubungi hati Dinda. Ketika Dinda sedang asyik termenung tiba-tiba terdengar guyuran hujan membanjiri atap rumahnya. “Lah? Loh? Hujan?” Kata Dinda terheran. “Langit begitu cerah namun mengapa hujan begitu deras, apakah ini sebuah pertanda? Arrgggghhhtttt . . . bagaimana hasilnya nanti besok. Apakah ini pertanda buruk?” Kata Dinda. “Hmmmmm, Hujan itu kan adalah sebuah rezeki, kenikmatan, dan hal baik. Maka dari itu Semoga esok hari hal baiklah yang menyertaiku dan jangan jadikan hal baik itu menjadi sebuah bencana bagiku. . . Amiiinnn . . . itulah Do’a Dinda kala itu. Dalam resahnya itu lalu Dinda perlahan-lahan tertidur lelap.
        Tepat tanggal 24 Desember 2011 . . . Kini Dinda datang ke Sekolah bersama temannya Gita dengan perasaan cemas… Dia terus lewati jalan dengan penuh pikiran hasil yang akan di umumkan. Tanpa terasa dia sudah berada di depan sekolah. Dia parkirkan kendaraannya. Kemudian dia melihat segerombol teman-temannya tlah terduduk di depan kelas lain. Lalu suaranya tersaut oleh mereka “Hey, kalian kenapa ada disana? Memangnya kelas dikunci?” lalu mereka menjawab sambil terus tersenyum “Ah, gak apa-apa hahhaha kelas Dikunci? Mana mungkin? Bukankah kita mau dibagi laporan hasil belajar sekarang”. Jawab salah satu diantara mereka. Hmmmm . . , aku hanya memberi respon hembusan nafas pada mereka. Dan yang aku herankan kenapa mereka terus saja tersenyum. Apakah ada yang lucu. Pikir Dinda dikala itu. Yach ku buang pikiran itu begitu saja. Tambah Dinda. Lalu Dinda melanjutkan langkah kakinya menuju ruangan kelas bersama Gita. Jam, Menit, Detik trus berjalan tidak lelahnya kepala Dinda menengok kearah jarum jam. Yach kali ini memang Dinda benar-benar pasrah akan hasil yang mau di terimanya.
        Suasana semakin tegang ketika para orang tua siswa termasuk Ibunya Dinda telah sampai dan duduk di ruang kelas. Hasil itu sudah di umumkan. Hasilnya tak begitu memuaskan namun juga tak begitu mengecewakan.
        Dinda lalu pulang bersama ibunya. Ketika dalam perjalanan terlintas di pikiran Dinda . . . Sungguh benar Hujan itu adalah sebuah rezeki, kenikmatan dan hal baik. Dan Hal baik itu menjadi sebuah yang menggembirakan untukku hari ini.





_ _ _ _ _ _ _ _ _
( selesai )

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment